BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan
mengajar, selain ditentukan oleh faktor kemampuan, motivasi, dan keaktifan
peserta didik dalam belajar dan kelengkapan fasilitas atau lingkungan belajar,
juga akan tergantung pada kemampuan guru dalam mengembangkan berbagai
keterampilan mengajar. Keterampilan-keterampilan ini sudah sepantasnya dikuasai
guru.
Keterampilan
mengajar bagi seorang guru adalah sangat penting kalau ia ingin menjadi seorang
guru yang profesional, jadi disamping dia harus menguasai substansi bidang
studi yang diajarkan, keterampilan dasar mengajar juga adalah merupakan
keterampilan penunjang untuk keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.
Mengajar
adalah satu pekerjaan profesional yang menuntut kemampuan yang kompleks untuk
dapat melakukannya. Sebagaimana halnya pekerjaan profesional yang lain,
pekerjaan seorang guru menuntut keahlian tersendiri sehingga tidak setiap orang
mampu melakukan pekerjaan tersebut sebagaimana mestinya. Ada seperangkat
kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru. Perangkat kemampuan tersebut
disebut kompetensi guru. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan, seorang guru dituntut untuk menguasai
kompetensi pedagogis, profesional, kepribadian, dan sosial.
Kompetensi
pedagogis berkenaan dengan kemampuan mengelola pembelajaran dalam rangka
mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dmiliki peserta didik. Salah satu
kemampuan yang dituntut dari kompetensi ini adalah kemampuan melaksanakan
pembelajaran yang mendidik. Agar dapat melaksanakan pembelajaran yang mendidik
dengan baik, di samping menguasai berbagai kemampuan, guru dipersyaratkan untuk
menguasai keterampilan dasar mengajar, yang merupakan salah satu aspek penting
dalam kompetensi guru.
Keterampilan
dasar mengajar merupakan satu keterampilan yang menuntut latihan yang
terprogram untuk dapat menguasainya. Penguasaan terhadap keterampilan ini
memungkinkan guru mampu mengelola kegiatan pembelajaran secara lebih efektif.
Keterampilan dasar mengajar bersifat generik, yang berarti bahwa keterampilan
ini perlu dikuasi oleh semua guru, baik guru TK, SD, SMP, SMA maupun dosen di
perguruan tinggi. Dengan pemahaman dan kemampuan menerapkan keterampilan dasar
mengajar secara utuh dan terintegrasi, guru diharapkan mampu meningkatkan
kualitas proses pembelajaran.
Keterampilan
mengajar bagi seorang guru adalah sangat penting kalau ia ingin menjadi seorang
guru yang profesional, jadi di samping harus menguasai substansi bidang studi
yang diampu, keterampilan dasar mengajar juga adalah merupakan keterampilan
penunjang untuk keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
B. Rumusan Masalah
Dari
latar belakang diatas maka dapat ditarik rumusan masalah, yaitu :
a.
Apakah pengertian dari keterampilan dasar mengajar ?
b.
Apa sajakah jenis-jenis keterampilan dasar mengajar yang dimiliki seorang guru?
c.
Mengapa keterampilan dasar mengajar itu penting bagi seorang guru ?
C. Tujuan
Makalah
ini mempunyai tujuan, yaitu :
a.
Untuk mengetahui pengertian dari keterampilan dasar mengajar.
b.
Untuk mengetahui jenis-jenis keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki
seorang guru.
c.
Untuk mengetahui pentingnya keterampilan dasar mengajar bagi seorang guru.
D.
Manfaat
Diharapkan
setelah membaca makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa calon guru sehingga
dapat menambah pengetahuan mengenai pengertian ketrampilan dasar mengajar,
Jenis-jenis keterampilan dasar mengajar, pentingnya keterampilan dasar mengajar
bagi seorang guru serta dapat membina dan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan
tertentu mahasiswa calon guru dalam mengajar.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Keterampilan Dasar Mengajar
Istilah
mengajar sering digandengkan dengan belajar, sehingga sudah menjadi satu
kalimat majemuk “kegiatan belajar mengajar” (KBM), proses belajar mengajar (PBM) dan untuk
menyebutkan kedua istilah tersebut, saat ini disatukan dengan “pembelajaran”.
Dengan demikian jika disebut “pembelajaran” itu berarti menunjukkan proses
kegiatan yang melibatkan 2 unsur yaitu belajar dan mengajar.
Mengajar
merupakan kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh guru, dosen, atau
instruktur dalam mengatur dan mengelolah lingkungan belajar untuk mendorong
aktivitas belajar siswa atau pelajar. Sedangkan belajar merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh siswa atau pelajar merespon lingkungan belajar untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Fokus pembahasan dalam tulisan ini di arahkan pada
unsur mengajar, kalaupun ada unsur belajar dibahas semata hanya untuk
mempertegas dan memperjelas pembahasan mengajar itu sendiri.
Mengajar
(teaching) memiliki banyak pengertian, mulai dari pengertian yang sudah lama
(tradisional) sampai pada pengertian yang terbaru (kontemporer). Secara
deskriptif mengajar diartikan sebagai proses menyampaikan informasi atau pengetahuan
dari guru, dosen, atau instruktur kepada
siswa. Merujuk pada pengertian mengajar tersebut, inti dari mengajar adalah
proses menyampaikan (transfer) atau memindahkan. Memang dalam mengajar ada
unsur menyampaikan atau transfer dari guru, dosen, atau instruktur kepada
siswa. Akan tetapi pengertian memindahkan tersebut bukan seperti seorang
memindahkan air minum dari satu cangkir ke cangkir yang lain. Air yang
dipindahkan dari satu cangkir ke cangkir yang lain volumenya akan tetap sama
bahkan karena mungkin terjadi proses penguapan, maka volume air yang
dipindahkan itu akan semakin berkurang (menyusut) dari keadaan sebelumnya. Oleh
karena itu mengajar yang diartikan proses menyampaikan (transfer), maknanya
adalah “menyebarluaskan, memperkaya” pengalaman belajar siswa sehingga dapat
mengembangkan potensi siswa secara maksimal.
Makna lain
dari pengertian mengajar sebagai proses menyampaikan, selain upaya
menyebarluaskan dan memperkaya pengalaman belajar siswa ialah menanamkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Menanamkan satu pohon mangga, maka
kemudian akan menghasilkan beberapa cabang dan ranting dan dari situlah keluar
mangga yang banyak. Dari ilustraasi tersebut bahwa mengajar sebagai proses
transfer adalah menanamkan pengetahuan, sikap dan keterampilan, sehingga
potensi berfikir (pengetahuan), sikap, keterampilan, kebiasaan dan kecakapan
yang dimiliki siswa akan berkembang secara optimal.
Perkembangan
berikutnya pengertian mengajar, yang kini banyak dianut yaitu suatu proses
mengatur dan mengelola lingkungan belajar agar berinteraksi dengan siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Inti pengertian mengajar (tradisonal maupun
kontemporer) keduanya sama yaitu untuk mengubah perilaku siswa, yakni dimiliki
dan terkembangkannya pengetahuan/wawasan berfikir, sikap, kebiasaan, dan
keterampilan/kecakapan atau yang lebih populer perubahan berkenaan dengan:
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perbedaanya terletak pada proses upaya
merubah tingkah laku tersebut. Pandangan lama melalui proses menyampaikan
(transfer) yang kadang-kadang sering diartikan sempit, hanya terbatas sebagai
proses menyampaikan atau memindahkan pengetahuan dan keterampilan saja,
sedangkan pada pengertian yang baru, bahwa perubahan perilaku tersebut
dilakukan dengan cara “mengelola lingkungan pembelajaran agar berinteraksi
dengan siswa”.
Dalam
mengajar ada dua kemampuan pokok yang harus dikuasai oleh guru, dosen, atau
instruktur, yaitu: 1) menguasai materi atau bahan ajar yang diajarkan (what to
teach), 2) menguasai metodelogi atau cara untuk membelajarkannya (how to
teach). Keterampilan dasar mengajar termasuk kedalam aspek nomor 2, yaitu cara
membelajarkan siswa. Keterampilan dasar mengajar mutlak harus dimiliki dan
dikuasai oleh setiap guru, dosen, atau instruktur, karena mengajar bukan sekedar
proses menyampaikan pengetahuan saja, akan tetapi menyangkut aspek yang lebih
luas seperti: pembinaan sikap, emosional, karakter, kebiasaan, dan nilai-nilai.
Keterampilan
dasar mengajar (teaching skill)
adalah kemampuan atau keterampilan yang khusus (most spesifis instructional behaviours) yang harus dimiliki oleh
guru, dosen, atau instruktur agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara
efektif, efisien dan professional.
Dengan demikan keterampilan dasar mengajar berkenaan dengan beberapa
kemampuan atau keterampilan yang bersifat mendasar dan melekat harus dimiliki
dan diaktualisasikan oleh setiap guru, dosen, atau instruktur dalam
melakasanakan tugasnya.
B. Keterampilan
Bertanya
Bertanya
merupakan suatu unsur yang selalu ada dalam proses komunikasi, termasuk dalam
komunikasi pembelajaran. Keterampilan bertanya merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran,
yang sekaligus merupakan bagian dari keberhasilan dalam pengelolaan
instruksional dan pengelolaan kelas.
Melalui
keterampilan bertanya guru mampu mendeteksi hambatan proses berpikir di
kalangan siswa dan sekaligus dapat memperbaiki dan meningkatkan proses belajar
di kalangan siswa. Dengan demikian, guru dapat mengembangkan pengelolaan kelas
dan sekaligus pengelolaan instruksional menjadi lebih efektif. Selanjutnya
dengan kemampuan mendengarkan guna dapat menarik simpati dan empati di kalangan
siswa sehingga kepercayaan siswa terhadap guru meningkat yang pada akhirnya
kualitas proses pembelajaran dapat lebih di tingkatkan.
Keterampilan
bertanya dibedakan atas : keterampilan bertanya dasar, mempunyai beberapa
komponen yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan,
sedangkan ketrampilan bertanya lanjut : lanjutan dari bertanya dasar yang
mengutamakan usaha pengembangan kemampuan berfikir siswa.
Tujuan-tujuan
dalam memberikan pertanyaan adalah:
a.
Membangkitkan minat
dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu pokok bahasan.
b.
Memusatkan
perhatian siswa terhadap suatu pokok bahasan atau konsep.
c.
Mendiagnosis
kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat siswa belajar.
d.
Mengembangkan cara
belajar siswa aktif.
e.
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi.
f.
Mendorong siswa
mengemukakannya dalam bidang diskusi.
g.
Menguji dan mengukur
hasil belajar siswa.
h.
Untuk mengetahui
keberhasilan guru dalam mengajar.
Ada 4 alasan mengapa seorang guru perlu menguasai keterampilan bertanya. Alasan
itu antara lain:
Pertama, pada umumnya guru masih cenderung mendominasi kelas
dengan metode ceramahnya. Guru masih beranggapan bahwa dia adalah sumber
informasi, sedangkan siswa adalah penerima informasi. Oleh karena itu, siswa
bersikap pasif dan menerima, tanpa keinginan dan keberanian untuk
mempertanyakan hal-hal yang menimbulkan keraguannya. Dengan dikuasainya
keterampilan bertanya oleh guru, siswa dapat menjadi lebih aktif, kegiatan
belajar mengajar menjadi lebih bervariasi dan siswa dapat berfungsi sebagai
sumber informasi.
Kedua, kebiasaan yang tumbuh dalam masyarakat kita tidak
membiasakan anak untuk bertanya sehingga keinginan anak untuk bertanya selalu
terpendam. Situasi seperti ini menular ke dalam kelas. Kesempatan bertanya yang
diberikan oleh guru tidak banyak dimanfaatkan oleh siswa, sedangkan guru tidak
berusaha untuk menggugah keinginan siswa untuk bertanya.
Ketiga, penerapan pendekatan cara belajar siswa aktif (CBSA)
dalam kegiatan pembelajaran menuntut keterlibatan siswa secara mental
intelektual. Salah satu ciri dari pendekatan ini adalah keberanian siswa untuk
mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang memang perlu dipertanyakan. Hal ini
hanya mungkin terjadi jika guru sendiri menguasai keterampilan bertanya yang
mampu menggugah keinginan siswa untuk bertanya.
Keempat, adanya anggapan bahwa pertanyaan yang diajkukan guru
hanya berfungsi untuk menguji pemahaman siswa.
Turney (1979) mengindentifikasi 12 fungsi pertanyaan. Keduabelas fungsi
tersebut antara lain:
1.
Membangkitkan minat dan keingintahuan siswa tentang suatu
topik
2.
Memusatkan perhatian pada masalah tertentu
3.
Menggalakkan penerapan belajar aktif
4.
Merangsang siswa memberikan pertanyaan sendiri
5.
Menstrukturkan tugas-tugas hingga kegiatan belajar dapat
berlangsung secara maksimal
6.
Mendiagnosis kesulitan belajar siswa
7.
Mengomunikasikan dan merealisasikan bahwa semua siswa harus
terlibat secara aktif dalam pembelajaran
8.
Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mendemonstrasikan
pemahamannya tentang informasi yang diberikan
9.
Melibatkan siswa dalam memanfaatkan kesimpulan yang dapat
mendorong mengembangkan proses berpikir
10. Mengembangkan
kebiasaan menanggapi pernyataan teman atau pernyataan guru
11. Memberi
kesempatan untuk belajar berdiskusi
12. Membentu
siswa menyetakan perasaan dan pikiran yang murni
C.
Keterampilan
Memberi Penguatan
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk
respons, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari
modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan
memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima atas
perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan
respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya
kembali tingkah laku tersebut.
Penggunaan
penguatan dalam kelas dapat mencapai atau mempunyai pengaruh sikap positif
terhadap proses belajar siswa dan bertujuan untuk meningkatkan perhatian siswa
terhadap pelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar dan
meningkatkan kegiatan belajar serta membina tingkah laku siswa yang produktif.
Ketrampilan memberikan penguatan terdiri dari beberapa komponen yang perlu
dipahami dan dikuasai penggunaannya oleh mahasiswa calon guru agar dapat
memberikan penguatan secara bijaksana dan sistematis.
Komponen-komponen itu adalah :
· Penguatan
verbal, diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan,
persetujuan dan sebagainya.
· Dan
penguatan non-verbal, terdiri dari penguatan berupa mimik dan gerakan badan,
penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan
dengan kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda dan
penguatan tak penuh.
Penggunaan
penguatan secara evektif harus memperhatikan tiga hal, yaitu kehangatan dan
evektifitas, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respons yang negatif.
Dalam kaitannya dengan kegiatan
pembelajaran, tujuan memberi penguatan adalah untuk:
1.
meningkatkan perhatian siswa
2.
membangkitkan dan memelihara motivasi siswa
3.
memudahkan siswa belajar
4.
mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa serta
mendorong munculnya perilaku yang positif
5.
menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa
6.
memlihara iklim kelas yang kondusif
D. Keterampilan
Mengadakan Variasi
Variasi
stimulus adalah memberikan respon yang bervariasi (berbeda atau
berganti-ganti). Melalui variasi stimulus ini dimaksudkan untuk menjaga agar
suasana pembelajaran selalu menarik, tidak membosankan, sehingga siswa selalu
menunjukkan sikap antusias, bergairah, penuh perhatian, dan selalu
berpartisipasi aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Variasi dalam kegiatan
belajar mengajar dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam pengajaran, yang
dapat di kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau komponen, yaitu :
1.
Variasi dalam pola
interaksi pembelajaran.
2.
Variasi penggunaan
media atau alat bantu pembelajaran.
3.
Variasi penggunaan
metode serta gaya mengajar.
Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dapat dikelompokkan menjadi 3.bagian
, yaitu:
1. Variasi dalam gaya mengajar dapat di lakukan dalam
berbagai cara seperti
a.
Variasi suara
:rendah, tinggi,besar, kecil
b.
Memusatkan
perhatian
c.
Membuat
kesenyapan sejenak
d.
Mengadakan
kontak pandang
e.
Variasi
kegiatan badan dan mimic
f.
Mengubah
posisi, misalnya dari depan kelas ke tengah atau ke belakang kelas.
2. Variasi
dalam penggunaan media dan bahan pelajaran
a. Variasi alat dan bahan yang dapat dilihat
b. Variasi alat dan bahan yang dapat didengar
c. Variasi alat dan bahan yang dapat dimanipulasi
3. Variasi
dalam pola interaksi dan kegiatan
Pola interaksi dapat berbentuk: klasikal, kelompok dan
perorangan sesuai dengan keperluan, sedang variasi kegiatan dapat berupa
mendengarkan informasi ,menelaah materi,latihan atau demonstrasi.
E.
Keterampilan
Menjelaskan
Yang
dimaksud dengan keterampilan dasar mengajar menjelaskan dalam pembelajaran
ialah keterampilan menyajikan informasi secara lisan yang diorganisasi secara
sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan antara satu bagian dengan lainnya,
misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu
yang belum diketahui. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan
disajikan dengan urutan yang cocok, merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan.
Pemberian
penjelasan merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam kegiatan seoang
guru. Interaksi di dalam kelas cenderung dipenuhi oleh kegiatan pembicaraan
baik oleh tenaga pendidik sendiri, oleh tenaga pendidik dan peserta didik,
maupun antar peserta didik. Adapun terdapat komponen-komponen keterampilan
dasar mengajar menjelaskan adalah sebagai berikut:
1.
Komponen
merencanakan
2.
Penyajian suatu
penjelasan
3.
Pemberian tekanan
4.
Penggunaan balikkan
Tujuan
keterampilan menjelaskan :
1.
Membimbing peserta
didik memahami materi yang dipelajari.
2.
Melibatkan peserta
didik untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah.
3.
Memberi balikan
kepada peserta didik mengenai tingkat pemahamannya, dan untuk mengatasi
kesalahpahaman mereka.
4.
Membimbing peserta
didik untuk menghayati dan mendapat proses penalaran, serta menggunakan
bukti-bukti dalam pmecahan masalah.
5.
Menolong peserta
didik untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil, dan prinsip-prinsip umum
secara objektif dan bernalar.
F.
Keterampilan
Membuka dan Menutup Pelajaran
Yang
dimaksud dengan membuka pelajaran (set
induction) ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam
kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondusi bagi siswa agar mental
maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha
tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Adapun
tujuan membuka pelajaran antara lain, yaitu : 1) menarik perhatian siswa; 2)
menumbuhkan motivasi belajar siswa; 3) memberikan acuan atau rambu-rambu
tentang pembelajaran yang akan dilakukan.
Sedangkan
menutup pelajaran (closure) ialah
kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan
belajar mengajar. Tujuan kegiatan
menutup pelajaran yaitu untuk memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai
hasil belajar yang telah dikuasainya. Kegiatan-kegiatan dalam menutup pelajaran
misalnya : merangkum atau membuat garis besar permasalahan yang dibahas,
memberikan tindak lanjut, dan lain-lain.
G.
Keterampilan
Memimpin Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi
kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang
dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau
informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok
merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau
memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk
berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian
diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan
berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan berbahasa.
H.
Keterampilan
Mengelola Kelas
Pengelolaan
kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar
yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar
mengajar. Dalam melaksanakan keterampilan mengelola kelas maka perlu
diperhatikan komponen ketrampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan
pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat prefentip) berkaitan dengan
kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran, dan
bersifat represif keterampilan yang berkaitan dengan respons guru terhadap
gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan
tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
Tujuan umum
pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk
bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik.
Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan
alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja
dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Pengelolaan
kelas tidak hanya berwujud pengaturan ruangan dan tempat duduk,akan tetapi juga
dalam bentuk interaksi yang baik dengan siswa, dan penciptaan hubungan guru dan
siswa, dan hubungan antara siswa yang baik. Perwujudan pengelolaan kelas yang
baik adalah terciptanya kondisi yang optimal untuk proses belajar-mengajar yang
efektif.
Guru perlu menguasai keterampilan ini
agar dapat :
a. Mendorong siswa mengembangkan tanggung
jawab indbidu Maupun klasikal dalam berperilaku yang sesuai dengan tata tertib
serta aktifitas yang sedang berlangsung.
b. Menyadari kebutuhan siswa
c. Memberikan respon yang efektif terhadap
perilaku siswa
2.
Komponen keterampilan
a. Keterampilan yang berhubungan dengan
penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal.penciptaan dan
pemeliharaan kondisi belajar yang optimal dapat dilakukan dengan cara berikut:
1)
Menunjukkan sikap tanggap dengan cara memandang secara seksama
mendekati,memberikan pertanyaan atau memberi reaksi terehadap gangguan dalam
kelas
2)
Membagi perhatian secara visual dan vebal
3)
Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan siswa dan
menuntut tanggung jawab siswa
4)
Membari petunjuk-petunjuk yang jelas
5)
Menegur dengan bijaksana, yaitu secara
jelas dan tegas bukan berupa ocehan,serta membuat aturan
6)
Memberikan penguatan bila perlu
b. Ketetampilan yang berhubungan dengan
pengendalian kondisi belajar yang optimal.
Keterampilan ini berkiatan dengan respon guru terhadap
respon negatif siswa yang berkelanjutan.untuk mengatasi hal ini guru dapat
menggunakan 3 jenis strategi yaitu: modifikasi tingkah laku,pengelolaan
(proses) kelompok serta menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan
masalah.
I.
Keterampilan
Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Secara fisik
bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3 - 8
orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran kelompok
kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap
siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa dengan
siswa.
Komponen
keterampilan yang digunakan adalah: keterampilan mengadakan pendekatan secara
pribadi, keterampilan mengorganisasi, keterampilan membimbing dan memudahkan
belajar dan ketrampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar
mengajar.
J.
Pentingnya
Keterampilan Dasar Mengajar Guru
Menurut UU
No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, terutama Pasal 1, guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Sementara itu, tenaga pendidik adalah pendidik profesional dan
ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dengan munculnya UU ini
guru/dosen sudah diakui sebagai tenaga professional setara dengan profesi lain.
Yang dimaksud profesional di sini adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Karena
sebagai tenaga profesional, maka seorang pendidik harus mempunyai kompetensi
tertentu disyaratkan. Kompetensi yang dimaksud adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh
tenaga pendidik dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Menurut UU seorang
pendidik harus mempunyai empat kompetensi, yaitu pedagogis, kepribadian,
sosial, dan professional. Kompetensi pedagogis adalah kemampuan seorang
pendidik mengelola pembelajaran peserta didik, kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta
menjadi teladan peserta didik, kompetensi sosial adalah kemampuan berkomunikasi
dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama
pendidik, teman sejawat, dan masyarakat sekitar, sementara kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan
mendalam. Secara eksplisit empat kompetensi ini agaknya hanya ditekankan bagi
seorang guru, namun sebenarnya juga berlaku bagi seorang dosen. Bahwa siapa pun
yang akan menjadi tenaga pendidik, dosen ataupun guru, seharusnya mempunyai
empat kompetensi di atas.
Setiap
tenaga pendidik harus mempunyai kemampuan menyampaikan materi yang dimiliki
kepada peserta didik secara tepat. Untuk itu, pemahaman tentang konsep
pendidikan, belajar dan psikologi orang dewasa perlu dimiliki seorang tenaga
pendidik. Sebab, kita mungkin sering mendengar ada seorang tenaga pendidik yang
sangat diakui keilmuannya namun ketika mengajar di kelas sama sekali tidak
dipahami oleh peserta didik. Ada dua kemungkinan yang menyebabkan hal ini, yaitu
peserta didik yang di bawah standar atau tenaga pendidik yang tidak memahami
audiens. Dalam ilmu pendidikan, kemungkinan yang kedua lebih menjadi penyebab
utama. Bahwa seorang tenaga pendidik seharusnya lebih mengenal peserta didik
dan tahu cara bagaimana menyampaikan materi secara tepat.
Bertolak
dari kasus tersebut, sudah seharusnya seorang tenaga pendidik dan calon tenaga
pendidik mempunyai kemampuan pedagogis agar apa yang disampaikan di kelas dapat
dipahami oleh peserta didik yang pada akhirnya dapat mencerahkan mereka.
Kemampuan pedagogis yang dimaksud di sini antara lain terkait dengan metode
pembelajaran, teknik mengelola kelas, menggunakan media, teknik mengevaluasi
sampai melakukan refleksi proses pembelajaran. Yang perlu kita pahami bersama
adalah bahwa mengajar adalah bukan sekedar proses penyampaian atau penerusan
pengetahuan. Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, yaitu penggunaan
secara `integratif sejumlah keterampilan untuk menyampaikan pesan.
Pengintegrasian keterampilan-keterampilan yang dimaksud dilandasi oleh
seperangkat teori dan diarahkan oleh suatu wawasan. Sedangkan aplikasinya
secara unik dalam arti secara simultan dipengarhi oleh semua komponen
belajar-mengajar. Komponen yang dimaksud yaitu tujuan yang ingin dicapai, pesan
yang ingin disampaikan, subjek didik, fasilitas dan lingkungan belajar, serta
yang tidak pentingnya keterampilan, kebiasaan serta wawasan tentang diri dan
misi seorang guru/dosen sebagai pendidik.
Kompetensi
dasar mengajar dalam tulisan ini lebih dimaksudkan sebagai pengetahuan dasar
pembelajaran yang perlu dipahami seorang tenaga pendidik. Sebagai sebuah
kemampuan minimal, maka seorang tenaga pendidik harus mampu melakukan inovasi
dan kreatifitas dalam pembelajaran. Terlebih bahwa jika yang dihadapi adalah
manusia dewasa yang sudah mempunyai pengetahuan dan kemandirian berpikir
meskipun masih perlu pendampingan dan mitra belajar. Untuk itu, semangat terus
belajar dan menambah wawasan tentang kependidikan harus dilakukan seorang
tenaga pendidik, apa pun pelajaran/matakuliah yang diampu dan apa pun latar
belakang pendidikannya, termasuk tenaga pendidik yang berlatar belakang
kependidikan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Keterampilan
dasar mengajar (teaching skill)
adalah kemampuan atau keterampilan yang khusus (most spesifis instructional behaviours) yang harus dimiliki oleh
guru, dosen, atau instruktur agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara
efektif, efisien dan professional.
Sebagai
seorang pendidik atau guru harus memiliki keterampilan dasar mengajar, di mana
keterampilan dasar mengajar itu, adalah :
1.
Keterampilan
Bertanya
2.
Keterampilan
Memberi Penguatan
3.
Keterampilan
Mengadakan variasi
4.
Keterampilan
Menjelaskan
5.
Keterampilan
Membuka dan Menutup Pelajaran
6.
Keterampilan
Memimpin Diskusi Kelompok Kecil
7.
Keterampilan
Mengelola Kelas
8.
Keterampilan
Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
B.
Saran
Dengan
dibuatnya makalah ini diharapkan para pembaca khususnya mahasiswa calon
pendidik mampu menguasai keterampilan-keterampilan pembelajaran agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Sukirman,
Dadang. 2010. Keterampilan Dasar Mengajar. D:\Pasca sarjana UPI\Strategi
pembelajaran fisika\BAHAN\06 Keterampilan Dasar Guru\makalah ket das mengajar
Wati, Widya.
2010. Keterampilan Dasar Guru, D:\Pasca sarjana UNP\Strategi
pembelajaran\Katerampilan Dasar Guru
Anonim.
2010. Delapan Kompetensi Dasar Mengajar. ..\BAHAN\06 Keterampilan Dasar
Guru\Delapan Kompetensi Dasar Mengajar.htm
|Rohani,
Ahmad. 2004, Pengelola Pengajaran, Rineka Cipta, Jakarta
http://ariyu-fatachulaziiz.blogspot.com/2012/05/ketrampilan-dasar-mengajar.html
(diakses 12 juni 2015)
terimaksih informasi dan ilmu yang bermnfaat ini
BalasHapussalam hormat dari saya Warkop Setia